Cari Blog Ini

Minggu, 16 Oktober 2011

Ringkasan PERKEMBANGAN KONSEP PENYAKIT

Ringkasan
PERKEMBANGAN KONSEP PENYAKIT

Terjadi banyak perkembangan tentang konsep penyakit, mulai dari jaman manusia masih primitif sampai engan masa modern seperti saat ini. Tanpa pemahaman yang tepat tepat atau engan kata lain adanya kesenjangan pemahaman antara petugas kesehatan dengan masyarakat tentang penyakit yang mereka hadapi berpotensi menimbulkan kegagalan dalam upaya menangani masalah kesehatan yang ada. Konsep penyakit yang berkembang antara lain:
1.       Perkembangan penyakit pada masa masyarakat primitif yang mengembangkan konsep penyakit dalam kerangka konsep supranatural dimana penyakit karena pengaruh adanya roh jahat atau setan.
2.       Konsep penyakit pada masa hypocrates yang merupakan orang pertama yang menulis hubungan antara penyakit denga faktor lingkungan yang ia wujudkan dengan buku-bukunya. Pada masa ini konsep pemikiran yang rasional sudah digunakan akan tetapi penarikan kesimpulan dengan pengamatan yang kualitatif dan bersifat intuitif yang tidak selalu benar. Menurut hypocrates manusia terdiri dari 4 substansi yang berbeda yang disebut “humours” meliputi darah, lendir, empedu kuning an empedu hitam.
3.       Seorang dokter romawi bernama galen juga melakukan banyak penelitian dan pengamatan yang pada asarnya mengembangkan pemikiran hypocrates dengan menambahi 2 factor lagi yang disebut dengan factor procatartic dan tempramen. Faktor procatartic isebut juga occupational factor yang menjelaskan bahwa aanya perbedaan jenis penyakit pada pekerjaan yang berbeda. Dan tempramen yang menunjukkan tentang sifat kepribadian seseorang yang dibedakan menjadi 3 yaitu sanguina, melancholik dan cholerik.
4.       Konsep miasma berkembang engan penyakit desebabkan oleh udara kotor yang berasal air tergenang, sampah, udara kotor dan angin malam.
5.       Teori contangion dikembangkan oleh fracastorius dimana membedakan penularan penyakit melalui 3 jalan yaitu kontak langsung, melalui pakaian atau perantara dan jarak jauh (karantina berkembang).
6.       Dr Sammenweils menjelaskan fenomena terjadinya kejadian kematian yang tinggi pada persalinan yang ditolong oleh mahasiswa kedokteran dibandingkan dengan mahasiswa kebidanan. Faktor penyebab kematian terjadi akibat penularan oleh organisme pada mayat pada tangan para dokter penolong persalinan.
7.       Puncak teori jasad renik ada pada masa louis pasteur dengan temuan cara pasteurisasi dan bermacam penjelas tentang kejadian penyakit dan penemuan vaksin rabies.
8.       Selanjutnya postlat koch yang ditemukan oleh robet koch yang merumuskan tentang kriteria mikroorganisme penyakit dapat menyebaban terjadinya penyakit.

Ref:
Ducan David F, epiemiology basis for disease prevention and health promotion, Mcmillan publishing company, 1998
Gregg Michael B, fild epidemiology, epidemiologic investigaton in international setting, oxford university press, new york, 1996 

Bahan Kuliah Survei Cepat

materi survei cepat pak yovsah dapat di download di link ini http://www.megaupload.com/?d=08ZGRTJM

Senin, 10 Oktober 2011

MATERI KULIAH BU DINI DAN BU EVI

ini materi kuliah bu dini dan bu evi tentang pengenalan skala data dan penyajian data, yang pengin punya bisa di link ini http://www.megaupload.com/?d=4UTSYS6M

Ringkasan dari Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof. Nasrin Kodim FKM UI


MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN PETAKA KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN SIKLUS KEBIJAKAN YANG BERBASIS EVIDENS EPIDEMIOLOGI


Epidemiologi
Banyak terjadi kegagalan peningkatan derajat kesehatan masyarakat akibat kebijakan yang tidak berdasarkan pada fakta dilapangan. Kebijakan yang seharusnya merupakan sarana untuk menggapai tujuan yang nantinya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya malah menjadi sumber kesengsaraan baru bagi masyarakatnya. Russel menatakan bahwa mesin pendorong kemajuan umat manusaia yang paling utama adalah keinginan untuk memperbaiki apa yang menjadi hambatan.
Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena status dan proses penyakit di populasi. Berbeda dengan kedokteran klinis yang merupakan ilmu yang menangkap fenomena organ dalam kesehatan tiap individu.
Fenomena epidemiologi meliputi frekuensi penyakit, distribusi dan faktor determinan. Frekuensi dapat digunakan untuk melihat prioritas masalah yang terjadi di masyarakat. Distribusi dapat digunakan untu melihat persebaran ataupun kecenderungan penyakit. An faktor determinan yang dapat digunakan untuk merumuskan intervensi terbaik dalam rangka pengendalian penyakit. Diranah terapan epidemiologi menganung kaidak axiologis atau kegunaan. Epidemiologi yang mempelajari faktor yang berpengaruh dapat digunakn untuk memutus rantai penularan vektor penyakit dan pengendalian faktor determinan penyakit sehingga didapatkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Epidemiologi dapat berada pada tiga ranah berbeda yaitu teori, pengalaman dan nilai. Dalam ranah teori, epidemiologi dapat menjadi pedoman  untuk melakukan tindakan nyata. Ranah pengalaman, epiemiologi dapat digunakan untuk menformulasikan teori baru dari fakta yang ada. Dalam nilai, mengawal pada kemajuan kesehatan dengan bermartabat dan secara luhur.
Kebijakan publik 
Kebijakan merupakan seperangkat keputusan untuk mencapai tujuan. Kebijakan dapat di bedakan  menjadi dua yaitu  kebijakan sistemik atau makro yang dapat berpengaruh sampai pada dasar masyarakat dan kebijakan sektoral yang berada pada bagian tertentu yang lebih rendah. 
Kebijkan kesehatan merupakan sekumpulan keputusan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kebijakan kesehatan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu kebijakan intersektor/multisektor, pencegahan dan pelayanan kesehatan. Kebijakan kesehatan intersektoral merupakan yang paling sulit diciptakan karena tidak semua faktor dibawah menteri kesehatan dan pada sektor lain tidak menempatkan kesehatan pada prioritas utama.
Epidemiologi dalam kebijakan kesehatan memiliki empat fokus yaitu pada populasi, pelayanan kesehatan, pencegahan dan informasi kesehatan. Pada populasi kebijakan harus melihat masalah di populasi secara seimbang dengan tidak membedakan antara enemisitas dan frekuensi baru karena keduanya merupakan masalah dalam masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan dimana epidemiologi mendorong terjadinya efisiensi dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Dalam pencegahan, dimana berfokus pada upaya mencegah terjainya penyakit sehingga dapat mengurangi beban di masyarakat akibat terjadnya penyakit. Dan pada informasi kesehatan yang nantinya pada diseminasi informasi ehingga tidak terjadi kesenjangan infoemasi dan menciptakan kesatuan pemahaman terhadap penyakit. Kebijakan yang tidak berdasarkan evience atau fakta dilapangan dapat membuat kebijakan tersebut melenceng baik itu dalam efinisi masalah yang kabur, batasan kebijakan yang kurang jelas dan adanya ketidakpastian informasi kesehatan karena info yang tidak jelas.
Peran epid dalam kebijakan
Selain untuk memperkecil ketidakpastian, evidens epidemiologi juga berperan untuk mengikat proses pembuatan kebijakan dalam satu kesatuan yang berkesinambungan. Proses tersebut adalah penilaian kesehatan masyarakat, penilaian intervensi, penentuan kebijakan, implementasi dan pemantauan kebijakan. Dalam penilaian kesmas berupa menjelaskan karakteristik populasi dan kecenerungan populasi. Karakteristik populasi meliputi orang, tempat dan waktu dan kecenderungan populasi distribusi frekuensi yang ada imana data ini  dapat didapatkan dari survei, studi ekologi dan penilaian dampak lingkungan. Info lain yang dapat digunakan untuk melihat kebutuhan kesehatan dan pemerataan fasilitas kesehatan dapt dilihat dari alokasi sumber daya kesehatan terkait dengan masalah kesehatan di masyarakat. Beban ekonomi masyarakat dapat dilihat dari biaya yang dikeluarkan untuk mengakses fasilitas kesehatan yang nantinya berguna untuk mempreiksi dana yang harus ikeluarkan untuk riset kesehatan dan pelayanan kesehatan. Informasi kesehatan lingkungan untuk melihat masalah lingkungan serta investasi dan alokasi sumber daya.
Penilaian intervensi potensial dapat dilakukan dengan dasar metode epidemiologi yang nantinya dapat dirumuskan alternatif pencegahan primer melalui strategi untuk melakukan intervensi pada tingkat pejamu ataupun lingkungan, milestone berupa peringatanyang dlakukan melalui aspek legal. Intervensi yang terbukti efektif pada individu beum tentu efektif pada populasi.
Penentuan kebijakan dapat dilakukan dengan bantuan epidemiologi karena adanya kemampuan preiksi dampak berbagai intervensi pada kesehatan masyarakat dapat untuk menentukan kebijakan prioritas. Kebijakan sama dengan kepastian.
Pada tahap implementasi kesehatan, epidemiologi dapat membantu dalam membuat goal atau tujuan  objektif yang dapat diukur. Alokasi sumber daya yang dibutuhkan serta membantu dalam menentukan data pendukung untuk evaluasi kebijakan.
Evaluasi kebijakan dilakukan dengan pengukuran intervensi yang dilakukan seperti yang termuat dalam kebijaka yang terkait yang nantinya untuk pembuatan kebijakan lebh lanjut, untuk menghindari adanya kesalahan yang berulang.

Kontroversi epidemiologi dalam kebijakan
1.       Ahli epidemiologi tidak pada sektor pembuat kebijakan, dimana pada sektor tersebut diisi oleh orang-orang yang memiliki latar belakang lain.
2.       Pembuat kebijakan memerlukan jawaban atas permsalahn engan pasti da segera tetapi epidemiolog butuh waktu dan fokus pada masalah dengan penuh ke hati-hatian sehingga butuh waktu yang lebih.
3.       Epidemiologi etiologi yang mengkaji masa lalu dan dilakukan perkasus berbeda engan epidemiologi kebijakan yang melihat pada masa depan dengan kajian perpopulasi.
Potensi petaka di Indonesia
Berkembangnya penyakit menular di Indonesia berupa DBD yang dari siklus lima tahunan menjadi siklus tanpa pola setiap waktu dengan kematian paling tinggi paa kelompok masyarakat miskin sebagai akibat perilaku yang tidak mendukung kesehatan dan akses pada pekayanan kesehatan yang paling rendah.
Adanya penyakit baru seperti flu burung di tengah sulitnya mengatasi penyakit yang sudah ada sebelumnya seperti malaria, TB dan HIV/AIDS.
Penduduk dengan tingkat ekonomi tinggi terperangkap dalam penyakit tiak menular seperti penyakit kardiovaskuler, DM, kanker dan paru-paru obstruktif menahun yang lebih sulit dikendalikan.
Kesimpulan
1.       Kebijakan tanpa evidence sama dengan petaka
2.       Fokus epidemiologi pada populasi, pencegahan, pelayanan kesehatan dan info kesehatan adalah eviens ilmiah utama untuk pembuatan kebijakan.
3.       Peranan epidemiologi yang masih rendah.
Rekomendasi
1.       Kebijakan berbasis evidens harus diimplementasi secara konsisten dan berkesinambung.
2.       Perlunya pemberdayaan ahli epidemiologi dalam proses pembuatan kebijakan kesehatan.

TUTORIAL ANALISIS DATA DENGAN SPSS

Tutorial data dengan spss yang dilengkapi dengan penjelasan singkat. Tertarik? download di link ini http://www.megaupload.com/?d=K814HY72

Minggu, 02 Oktober 2011

materi kesmasy intermediete prof. soekidjo pertemuan pertama

materi kesmasy intermediete pertemuan pertama, dapat didownload pada link berikut ini http://www.megaupload.com/?d=A8FFQB8K

PR BIOSTAT INTERMEDIETE BU DINI 30/09/2011

bapak/ibu, sesuai dengan pesan untuk upload data PR biostat intermediete, karena ternyata ada banyak ragam data karena human error, oleh karena itu ata berikut ini diharapkan bisa sebagai acuan dalam megerjakan tugas rumah. data bisa didownload pada link berikut ini
 http://www.megaupload.com/?d=58ENJCN9