Cari Blog Ini

Rabu, 05 Januari 2011

UJI KAJI INSEKTISIDA DI LABORATORIUM

* Tim Magang B2P2VRP Epidemiologi 2007

1.      Insektisida
Insektisida adalah salah satu jenis pestisida yang berfungsi untuk memberantas serangga. Insektisida dapat kita bagi menurut sifat dasar senyawa kimianya yaitu dalam Insektisida Anorganik yang tidak mengandung unsur karbon dan Insektisida Organik yang mengandung unsur karbon. Insektisida lama yang digunakan sebelum tahu 1945 umumnya merupakan insektisida anorganik sedangkan insektisida modern setelah DDT ditemukan umumnya merupakan insektisida organik. Insektisida organik masih dapat dibagi menjadi insektisida organik alami dan insektisida organik sintetik. Insektisida organik alami merupakan insektisida yang terbuat dari tanaman (insektisida botanik) dan bahan alami lainnya. Sedangkan insektisida sintetik merupakan hasil buatan pabrik dengan melalui proses sintesis kimiawi. Insektisida modern pada umumnya merupakan insektisida organik sintetik.(1)
Pembagian menurut sifat kimia yang lebih tepat adalah menurut komposisi atau susunan senyawa kimianya. Pembagian insektisida organik sintetik menurut susunan kimia bahan aktif (senyawa yang memiliki sifat racun) terdiri dari 4 kelompok besar yaitu Organoklorin (OC), Organophosphat (OP), Karbamat, dan Pirethroid Sintetik (SP). Kecuali 4 kelompok besar tersebut masih ada beberapa kelompok insektisida yang kurang banyak digunakan dalam praktek pengendalian hama.(1)


a.    Organoklorin (OC)
Organoklorin atau sering disebut Hidrokarbon Klor merupakan kelompok insektisida sintetik yang pertama dan paling tua dan dimulai dengan ditemukannya DDT oleh Paul Mueller (Swiss) pada tahun 1940-an. DDT dalam sejarah kemanusiaan menjadi insektisida yang paling kontroversial karena di satu pihak merupakan insektisida sintetik pertama yang diproduksi besar-besaran dan jasanya sangat besar bagi kemanusiaan. PM Churchill pernah menyebut DDT sebagai “Serbuk Ajaib”. Di sisi lain karena dampaknya yang membahayakan kepada lingkungan hidup, Rachel Carson pada tahun 1962 menyebut DDT sebagai “Minuman Kematian”.
Setelah DDT, kemudian berhasil dikembangkan banyak jenis insektisida yang mirip dengan  DDT dan kemudian dikelompokkan dalam golongan Hidrokarbon Klor. Semua insektisida dalam kelompok ini mengandung Klorin, Hidrogen dan Karbon. Kadang-kadang ada juga yang mengandung Oksigen dan Sulfur.  Insektisida OC merupakan racun kontak dan racun perut, efektif untuk mengendalikan larva, nimfa dan imago dan kadang-kadang untuk pupa dan telur. Cara kerja (Mode of Action) OC belum diketahui secara lengkap. Secara umum dapat dikatakan bahwa keracunan serangga oleh insektisida tersebut ditandai dengan terjadinya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan terjadinya hiperaktivitas, gemetaran, kejang-kejang dan akhirnya terjadi kerusakan syaraf dan otot serta kematian.
Insektisida golongan OC pada umumnya memiliki toksisitas ‘sedang” untuk mamalia. Masalah yang paling merugikan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat adalah sifat persistensinya yang sangat lama di lingkungan baik di tanah maupun di dalam jaringan tanaman dan dalam tubuh hewan. Misalnya DDT di daerah Subtropis dalam kurun waktu 17 tahun residunya masih 39% di dalam tanah, sedangkan residu Endrin setelah 14 tahun masih dijumpai 40%. Persistensi OC di lingkungan menimbulkan dampak negatif seperti perbesaran hayati dan masalah keracunan kronik yang membahayakan kesehatan masyarakat. Masalah lain yang timbul adalah berkembangnya sifat resistensi serangga hama sasaran seperti nyamuk dan lalat terhadap DDT.
Oleh karena bahayanya Insektisida golongan Organoklorin sejak tahun 1973 dilarang penggunaannya untuk hama pertanian di Indonesia kecuali Endosulfan dan Dieldrin yang diijinkan secara terbatas untuk pengendalian rayap, namun sayangnya penggunaan DDT untuk sektor kesehatan masih dianjurkan secara terbatas sampai akhir tahun 1991.
Kelompok Organoklorin masih dapat dibagi menjadi 3 subkelompok yaitu, pertama DDT dan senyawa dekatnya seperti Metoksiklor, Dikofol, BHC, atau HCH; kedua adalah Siklodien yang terdiri dari Aldrin, Endrin, Dieldrin, Klordan, Heptaklor dan Endosulfan. Ketiga, adalah terpene Klor seperti Toksafena.
b.    Organofosfat (OP)
Insektisida OP dengan unsur P sebagai inti yang aktif saat ini merupakan kelompok insektisida yang terbesar dan sangat bervariasi jenis dan sifatnya. Saat ini telah tercatat sekitar 200 ribu senyawa OP yang pernah dicoba dan diuji untuk mengendalikan serangga. OP merupakan insektisida yang sangat beracun bagi serangga dan bersifat baik sebagai racun kontak, racun perut maupun fumigan. Berbeda dengan OC, senyawa OP di lingkungan kurang stabil sehingga lebih cepat terdegredasi dalam senyawa-senyawa yang tidak beracun. Daya racun OP mampu menurunkan populasi serangga dh cepat, persistensinya di lingkungan sedang sehingga OP secara bertahap dapat menggantikan insektisida OC. Sampai saat ini OP masih merupakan kelompok insektisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Kebanyakan insektisida OP adalah penghambat bekerjanya enzim asetilkolinesterase. Kita ketahui bahwa dalam sistem syaraf serangga antara sel syaraf atau neuron dengan sel-sel lain termasuk sel otot terdapat “celah” yang disebut Sinapse. Enzim Asetilkolin yang dibentuk oleh sistem syaraf pusat berfungsi untuk mengantarkan pesan atau impuls dari sel syaraf ke sel otot melalui sinapse. Setelah impuls diantarkan ke sel-sel otot proses penghantaran impuls tersebut dihentikan oleh karena bekerjanya enzim lain yaitu enzim asetilkolinestarase. Dengan enzim tersebut asetilkolin dipecah menjadi asam asetat dan kolin. Adanya asetilcolin-esterase menyebabkan sinapse menjadi kosong lagi sehingga pengantaran impuls berikutnya dapat dilakukan.
Insektisida OP menghambat bekerjanya enzim asetilkolinesterase yang berakibat terjadi penumpukan asetilkolin dan terjadilah kekacauan pada sistem penghantaran inpuls ke sel-sel otot. Keadaan ini menyebabkan pesan-pesan berikutnya tidak dapat diteruskan, otot kejang dan akhirnya terjadi kelumpuhan (paralisis) dan kematian. OP memiliki berbagai bentuk alkohol yang melekat pada atom-atom P dan berbagai bentuk ester asam fosforik. Ester-ester ini mempunyai kombinasi oksigen, karbon, sulfur dan Nitrogen. OP yang dikembangkan dari kombinasi ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok derivat yaitu : Alifatik, Fenil, dan Heterosiklik.
Derivat Alifatik strukturnya ditandai oleh senyawa dengan rantai karbon yang lurus dan tidak berbentuk cincin. Derivat Alifatik meliputi insektisida-insektisida antara lain TEPP, Malathion, Dimetoat, Dikrotofos, Mitamidofos, Asefat, dan lain-lain.
Derivat Fenil terlihat dari adanya cincin-cincin fenil dimana salah satu H ditempati oleh “moiety” P sedangkan lainnya (satu atau lebih) diganti oleh CH3, Cl, CN, NO2 atau S. Stabilitas derivat ini lebih besar daripada derivat Alifatik sehingga residunya dapat lebih lama di lingkungan. Insektisida OP yang termasuk derivat fenil adalah Metil Parathion, Paration, Fention, Fonofos, dan lain-lain.
Derivat Heterosiklik seperti fenil mereka memiliki bangunan rantai tetapi perbedaannya satu atau beberapa atom C ditempati oleh O, N atau S. Juga bangunan rantai dari kelompok ini mempunyai 3,5 atau 6 atom. Senyawa-senyawa kelompok ini paling stabil dan lama bertahan di lingkungan. Yang termasuk derivat ini antara lain Klorpirifos, Fention, Temephos, metidation dan lain-lain.
c.    Karbamat
Karbamat merupakan insektisida yang berspektrum lebar dan telah banyak digunakan secara luas untuk pengendalian hama. Golongan ini relatif baru jika dibandingkan 2 kelompok pestisida sebelumnya (OC dan OP). Semua insektisida Karbamat mempunyai bangunan dasar asam karbamat. Cara karbamat mematikan serangga sama dengan golongan OP yaitu melalui penghambatan aktivitas enzim kolinesterase pada sistem syaraf. Perbedaannya bahwa pada karbamat penghambatan enzim kolinesterase-nya bersifat bolak-balik (resersible) sedangkan pada OP tidak bolak balik. Insektisida tersebut cepat terurai dan hilang daya racunnya dari tubuh binatang sehingga tidak terakumulasi dalam jaringan lemak atau susu seperti OC. Beberapa karbamat memiliki toksisitas rendah bagi mamalia tetapi ada yang sangat beracun. Contoh insektisida golongan karbamat adalah Aldikarb, Metiokarb, Metomil, Propoxur, dan lain-lain.
d.    Piretroid Sintetik (SP)
Piretroid merupakan kelompok insektisida organik sintetik konvensional yang paling baru, digunakan secara luas sejak tahun 1970-an dan saat ini perkembangannya sangat cepat. Keunggulan SP karena memiliki pengaruh “knock down” atau mematikan serangga dengan cepat. Tingkat toksisitas rendah bagi manusia.
Kelompok SP merupakan tiruan dari bahan aktif insektisida botani Piretrum yaitu Sinerin I yang berasal dari bunga Chrysanthenum cinerariaefolium. Sebagai insektisida botani piretrum memiliki keunggulan yaitu daya knockdown yang tinggi tetapi sayangnya di lingkungan bahan alami ini tidak bertahan lama karena mudah terurai oleh sinar ultraviolet. Kecuali itu penggunaan di lapangan kurang praktis dan mahal karena piretrum harus dahulu diekstrasi dari bunga chrisantenum. Dari rangkaian penelitian kimiawi dengan melakukan sintesis terhadap susunan kimia piretrum dapat diperoleh bahan kimiawi yang memiliki sifat insektisidal mirip dengan piretrum dan bahan tersebut mempunyai kemampuan untuk bertahan lebih lama di lingkungan serta dapat diproduksi di pabrik. Jenis pestisida buatan yang mirip piretrum diberi nama pirethrin yang kemudian menjadi modal dasar bagi pengembangan insektisida golongan SP lainnya.
Insektisida SP seringkali dikelompokkan menurut generasi perkembangannya di laboratorium. Biasanya, generasi yang lanjut merupakan perbaikan sifat SP generasi sebelumnya. Sasaran perkembangan SP kecuali sifat-sifat yang disebutkan diatas juga mencari dosis aplikasi yang sekecil mungkin dengan kemampuan mematikan serangga hama setinggi mungkin sehingga diperoleh efisiensi ekonomis yang tinggi. Sampai saat ini sudah dikenal 4 generasi SP. Salah satu anggota generasi pertama adalah Allethrin. Generasi kedua adalah Resmethrin. Generasi ketiga adalah Fenvalerate dan Permethrin. Generasi keempat adalah cypermethrin, fluvalinat dan Deltamethrin dan lain-lain.
Meskipun daya mematikan SP sangat tinggi dan sangat sedikit menghadapi permasalahan lingkungan, namun pestisida ini menghadapi masalah utama yaitu percepatan perkembangan strain hama baru yang tahan terhadap insektisida SP.
Selain pembagian menurut sifat kimia, insektisida juga dibagi:(2)
1.   Menurut bentuknya : bahan padat, cair, dan gas
2.   Menurut cara masuknya :
a.    Racun kontak (contact poison)
b.    Racun perut (stomach poison)
c.    Racun pernapasan (fumigants)
2.      Pengenalan tentang Laboratorium
Laboratorium ujikaji insektisida rumah tangga (RT) bertujuan untuk menguji insektisida rumah tangga yang mengganggu di rumah sperti lalat, nyamuk, dan kecoa.
Jenis-jenis insektisida rumah tangga yang diuji :
a.   Mosquito Coil (obat nyamuk bakar)
-       Pengujian terhadap nyamuk sp
-       Alat : Glass chamber dan Peet Grady Chamber
b.   Obat nyamuk cair
1.   Konvensional /Oil Liquid (obat nyamuk cair minyak)
-       Pengujian terhadap nyamuk, lalat dan lipas
-       Alat : Glass chamber dan Peet Grady Chamber
2.   Aerosol (obat nyamuk semprot)
-       Pengujian terhadap nyamuk, lalat dan lipas
-       Alat : Glass chamber dan Peet Grady Chamber
c.   Obat nyamuk elektrik
1.   Batangan Mat (obat nyamuk lempeng)
-       Pengujian terhadap nyamuk
-       Alat : Glass chamber dan Peet Grady Chamber
2.   Refill /Liquid Vapoizer/Vape Liquid (elektrik)
-       Pengujian terhadap nyamuk
-       Alat : Peet Grady Chamber
d.   Repellent/lotion (obat nyamuk oles)
-       Pengujian terhadap nyamuk
-       Metode : kontak langsung
3.      Prosedur pengujian insektisida
a.    Persiapan Sebelum Pelaksanaan
1.   Alat diusahakan tidak terkontaminasi, caranya yaitu dengan dibersihkan atau dicuci dengan larutan detergen setelah itu ambil kain basah untuk membilas. Kemudian dikeringkan dengan diusap menggunakan kain halus yang kering untuk menghilangkan sisa kotoran dan sisa dari kegiatan mencuci tadi serta bila perlu digunakan kipas angin agar Glass Chamber dan Peet Grady Chamber benar – benar dalam keadaan kering supaya nyamuk tidak menempel dan mati di bagian sudut dari glass chamber dikarenakan Glass Chamber dan Peet Grady Chamber masih basah atau terkontaminasi.
2.   Uji apakah alat yang digunakan steril atau tidak, dengan cara : Nyamuk sebanyak 20 ekor dimasukkan ke dalam Glass Chamber selama 5 menit, jika ada kematian berarti terkontaminasi, kemudian Glass Chamber dicuci lagi dengan larutan detergen.
b.    Metode Peet Grady Chamber
1.   Tujuan : tempat pengujian insektisida rumah tangga (aerosol, oil liquid, mosquito oil) menggunakan serangga uji lalat dan nyamuk.
2.   Alat : Peet Grady Chamber adalah ruangan terbuat dari kaca berukuran 180 x 180 x 180 cm, dengan satu pintu berukuran 180 x 60cm di salah satu sisinya. Setiap sudut dinding atas dan bawah dilengkapi jendela geser berukuran 20 x 20 cm. Peet Grady Chamber ini juga dilengkapi dengan exhaust fan di bagian atas.
3.   Cara Kerja :
a.      Menghidupkan exhaust fan :
-                     Menyalakan kabel dengan listrik
-                     Pastikan stop kontak dalam kondisi on
-                     Nyalakan 5-10 menit
-                     Mematikan dengan cara mencabut colokan kabel
b.       Memasukkan serangga uji
-     Buka jendela bagian kiri bawah dengan menggeser kaca penutup ke kanan
-     Masukkan serangga uji ke empat penjuru alat @ penjuru 25 ekor (dimasukkan dalam kandang kassa)
-     Tutup kembali dengan menggeser ke arah kiri.
c.      Menggunakan aerosol dan oil liquid
-     Buka jendela bagian kiri bawah dengan menggeser kaca penutup ke kanan
-     Semprotkan insektisida aerosol
-     Setelah itu, tutp kembali dengan menggeser kaca penutup ke kiri
d.      Memasukkan insektisida mosquito oil
-     Buka pintu Peet Gladi Chamber dengan menarik gagang ke luar
-     Orang masuk ke dalam Peet Gladi Chamber
-     Letakkan insektisida di atas baki
-     Tutup kembali pintu dengan menekan gagang ke arah dalam.
e.      Mengambil serangga uji setelah digunakan
-     Ambil serangga uji dengan aspirator, lalu masukkan dalam paper cup dan akan diholding
-     Setelah selesai, tutup pintu dengan menekan gagang ke dalam.
f.       Membersihkan Peet Gladi Chamber dari kotoran maupun sisa residu insektisida
-     Buka pintu Peet Gladi Chamber dengan menarik gagang ke luar
-     Orang masuk ke dalam Peet Gladi Chamber
-     Bersihkan bagian dalam Peet Gladi Chamber dengan cara mencuci dengan menggunakan larutan detetgen dan mengepel menggunakan kain pel basah kemudian dibersihkan dengan kain pel yang dibasahi air lalu dikeringkan dengan kain pel kering.
-     Setelah selesai, tutup pintu kembali
c.    Metode Glass Chamber
1.   Tujuan : tempat pengujian insektisida rumah tangga (aerosol, oil liquid, mosquito oil) menggunakan serangga uji lalat dan nyamuk.
2.   Alat :    Glass Chamber adalah kotak kaca berukuran 70 x 70 x 70 cm, satu dinding dapat dibuka sebagai pintu dengan satu jendela geser berukuran 20 x 20cm pada pintu tersebut.

3.   Metode dan Cara Kerja
a.  Metode Glass Chamber Untuk Pengujian Obat Nyamuk Bakar (Mosquito Coil)
1.   Alat dan Bahan :
-    Glass Chamber ( 70 X 70 X 70 cm )
-    Obat nyamuk bakar (Mosquito Coil)
-    Nyamuk betina kenyang sukrosa 10 %, umur 2-5 hari sebanyak 20 ekor.
-   Cawan dan pejepit kawat
-   Kipas angin baterai mini.
-   Stop watch.
2.   Cara Kerja :
-  Sebelum pengujian, pastikan Glass Chamber tidak terkontaminasi, dilepaskan 20 ekor nyamuk.. Apabila ada nyamuk mati, Glass Chamber harus di cuci kembali dengan diterjen.
-  Timbang obat nyamuk bakar 0,5 gram, pasang pada penjepit kawat dan letakkan di atas cawan Petri.
-  Bakar kedua ujung obat nyamuk secara bersamaan di dalam Glass Chamber.
-  Hidupkan kipas angin mini di dalam Glass Chamber (hindarkan hembusan langsung kea rah obat nyamuk)
-  Catat waktu yang diperlukan untuk membakar habis obat nyamuk.
-  Keluarkan cawan Petri dan kipas angin, kemudian lepaskan 20 ekor nyamuk ke dalam Glass Chamber.
-  Amati selama 20 menit, catat jumlah nyamuk pingsan atau mati, pada setiap periode waktu sesuai dengan formulir 1.
-  Pindahkan semua nyamuk ke dalam gelas plastik yang diberi kapas dibasahi 10 % sukrosa dan holding selama 24 jam.
-  Hitung atau catat kematian nyamuk berdasarkan rumus persentase kematian

D + M
X 100 %
A

Keterangan :
A = jumlah nyamuk atau serangga yang digunakan
D = dead (jumlah nyamuk atau serangga yang mati)
M =moribund (jumlah nyamuk atau serangga yang pingsan)
-  Pengujian ulangan dengan rumus T-1 x R-1≥ 15
b.    Metode Glass Chamber Untuk Pengujian Obat Nyamuk Lempengan (Mosquito Mat)
1.    Alat dan Bahan :
-      Glass Chamber ( 70 X 70 X 70 cm )
-      Obat nyamuk bakar (Mosquito Coil)
-     Nyamuk betina kenyang sukrosa 10 %, umur 2-5 hari sebanyak 20 ekor.
-      Sambungan kabel listrik (extention cord)
2.    Cara Kerja :
-     Panaskan obat nyamuk lempengan di dalam draft glass dan kemusian pindahkan ke dalam Glass Chamber pengujian, selama 3 menit, dan tunggu selama 3 menit lagi sebelum pengujian.
-     Keluarkan dan pindahkan obat nyamuk lempengan dari Glass Chamber pengujian ke dalam draft Glass Chamber (obat nyamuk lempengan tetap di panaskan selama pengujian).
-     Lepaskan 20 ekor nyamuk ke dalam Glass Chamber pengujian.
-     Amati dan catat nyamuk pingsan dan mati dalam paparan waktu yang telah ditentukan.
-     Setelah 20 menit dipapar semua nyamuk dipindahkan ke dalam gelas plastik, simpan atau holding selama 24 jam.
-     Hitung atau catat jumlah nyamuk yang pingsan atau mati dan tentukan persentase nyamuk mati dengan menggunakan rumus persentase kematian.
-     Prosedur di atas diulang mengguanakan obat nyamuk lempengan sama, dengan selang waktu sebagai berikut : 1,2,4,6,8,10, dan 12 jam, sesuai tujuan peneliti.
-     Setiap contoh obat nyamuk lempengan dilakukan minimum 3 kali pengujian.
c.    Metode Glass Chamber Untuk Pengujian Obat Nyamuk Cair Minyak (Oil Liquid)
1.    Alat dan Bahan:
-     Glass Chamber ( 70 X 70 X 70 cm )
-     Obat nyamuk cair minyak (oil liquid)
-     Alat semprot.
-     Nyamuk betina kenyang sukrosa 10 %, umur 2-5 hari sebanyak 20 ekor atau lalat jantan dan betina umur 5-10 hari sebanyak 20 ekor.
-     Stop watch.
-     Timbangan
2.    Cara Kerja:
-     Peneraan kadar semprotan
-     Timbanglah berat obat nyamuk cair minyak dan alat semprot.
-     Semprotkan secara maksimal obat nyamuk cair minyak 10 kali.
-     Timbang berat obat nyamuk cair dan alat semprot.
-     Butir 2 dan 3 diulang 3 kali, selanjutnya selisih berat setiap ulangan dirata-rata.
-     Hitung jumlah semprotan obat nyamuk cair yang diperlukan untuk pengujian.
3.    Cara pengujian:
-     Sebelum pengujian, pastikan Glass Chamber tidak terkontaminasi
-     Lepaskan nyamuk atau lalat kedalam Glass Chamber dan ditunggu selama 1 menit
-     Semprotkan obat nyamuk cair minyak sebanyak jumlah semprotan sesuai dengan hasil rata-rata kadar semprotan
-     Amati selama 20 menit, hitung dan catat nyamuk/ lalat pingsan/ mati dalam setiap periode waktu yang telah ditentukan
-     Pindahkan semua nyamuk kedalam gelas plastik dan simpan / holding selama 24 jam
-     Hitung/ catat jumlah nyamuk pingsan / mati dan tentukan persentase nyamuk mati dengan menggunakan rumus “ Persentase Kematian “
-     Pengujian ulangan sebanyak 4 kali
d.    Metode Glass Chamber Untuk Pengujian Obat Nyamuk Semprot (Aerosol)
1.    Alat dan Bahan:
-     Glass Chamber ( 70 X 70 X 70 cm )
-     Obat nyamuk semprot ( Aerosol)
-     Alat semprot.
-     Nyamuk betina kenyang sukrosa 10 %, umur 2-5 hari sebanyak 20 ekor atau lalat jantan dan betina umur 5-10 hari sebanyak 20 ekor.
-     Stop watch.
-     Timbangan
2.    Cara Kerja
-     Pastikan Glass Chamber tidak terkontaminasi
-     Timbang berat obat nyamuk dan alat semprot
-     Semprotkan obat nyamuk selama 3 detik, di luar ruangan laboratorium.
-     Selanjutnya timbang berat obat nyamuk setelah disemprotkan, diambil purata selisih setiap ulangan. hitung nama semprotan yang diperlukan untuk pengujian.
-     Lepaskan 20 ekor nyamuk/ lalat kedalam glass chamber dan ditunggu selama 1 menit
-     Buka pintu kecil Glass Chamber dan semprotkan obat nyamuk, lurus kedalam Glass Chamber, selama waktu yang telah ditentukan menurut perhitungan. Tutup Glass Chamber dengan segera
-     Amati selama 20 menit dan hitung / catat nyamuk /lalat pingsan/ mati dalam setiap periode waktu yang telah ditentukan.
-     Pindahkan semua nyamuk /lalat kedalam gelas plastik. simpan/ holding selama 24 jam.
-     Hitung jumlah nyamuk/ lalat pingsan/ mati dan tentukan prosentase nyamuk/ lalat mati dengan menggunakan rumus persentase kematian.
-     Pengujian ulangan dilakukan sebanyak 4 kali

e.    Glass Cylinder denagn Metode Kontak langsung
1.   Tujuan : untuk pengujian insektisida semprot (aerosol) terhadap lipas
2.   Alat dan bahan :
-     Glass cylinder ø 20 cm tinggi 45 cm (besar)
-     Glass cylinder ø 14 cm tinggi 15 cm (kecil)
-     Epingan kaca 25x25 cm2
-     Obat nyamuk semprot
-     Stopwatch
-     Timbangan
-     Poreselin
-     Mangkok gelas palstik
-     Kawat kaca
-     Label
-     Lipas : Periplaneta americana 9-18 bulan atau Blatella germanica jumlah 20 ekor (10 jantan dan 10 betina).
3.   Cara Kerja :
-     Timbang obat nyamuk sebelum disemprotkan
-     Semprotkan obat nyamuk selama 3 detik
-     Timbang berat obat nyamuk setelah disemprot
-     Diulang 3 kali, diambil rata-rata selisih tiap ulangan
-     Hitung lama semprot yang diperlukan untuk pengujian
-     Olesi glass cylinder dengan porselin pada bagaian atasdalam (5 cm)
-     Tutup ujung bagian bawah Glass cylinder kecildengan kawat kasa, lepas lipas 10 ekor
-     Masukkan Glass cylinder kecil ke dalam glass cylinder besar yang telah disusun pada unitnya dan tutup dengan lempengan kaca.
-     Miringkan 450 unit glass cylinder dan geser kepingan  kaca hingga terbuka sebagian, semprotkan obat nyamuk selama waktu yang ditentukan.
-     Pindah semua lipas ke dalam mangkok glass/plastik dan diberi pelet serta tisu yang dibasahi air. Simpan /holding selama 24 jam.
-     Hitung jumlah lipas pingsan atau mati dan tentukan presentasi lipas mati dengan menggunakan rumus presentase kematian
-     Pengujian ulangan sebanyak 3 kali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar